Pengentasan kemiskinan, berhasilkah Indonesia?
Pengentasan
kemiskinan, berhasilkah Indonesia?
21
November, 2018
Dari tahun ke tahun,
pemimpin silih berganti, program pengentasan kemiskinan selalu menjadi agenda
utama dalam sebuah pemerintahan. Tentu saja termasuk Indonesia. Dengan jumlah
penduduk mencapai lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia tercatat masih memiliki
lebih dari 28 juta jiwa penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
Sebenarnya pemerintah sudah
memiliki program yang baik dan bagus dalam setiap masalah pemerintahan. Secara
teori, program penanggulangan kemiskinan pun terlihat baik dan efektif dalam
mengurangi tingkat kemiskinan. Namun, semua kembali pada kenyataan, yakni
sinkronisasi antara teori program yang tertulis dengan praktek nyata di
lapangan. Segala program yang direncanakan sedemikian rupa oleh pemerintah
hanya akan berhasil bila praktek dilapangan pun berjalan sesuai yang
direncanakan. Untuk ini, pengawasan dalam setiap program penanggulangan
kemiskinan merupakan hal yang sangat penting.
Macam-macam dampak yang ditimbulkan dari masalah
kemiskinan dapat mengakibatkan munculnya gejala sosial yang baru pula, seperti
pencurian, perampokan, begal, pembunuhan, penculikan, sengketa hak tanah,
perebutan harta warisan, dan lain sebagainya.
Mendengar kata kemiskinan, sudah pasti Anda tebak bahwa
seseorang yang dikatakan miskin jika dirinya tidak mampu memenuhi kebutuhan
dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan kata lain, seseorang tersebut hidupnya
serba kekurangan serta tidak mempunyai harta yang lebih didalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Secara umum, kemiskinan berarti kurangnya tingkat
pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Jadi, mereka yang
termasuk ke dalam garis kemiskinan adalah apabila tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang bersifat pokok. Jika di dalam suatu negara tingkat
kemiskinannya cukup tinggi, maka biasanya negara tersebut digolongkan ke dalam
negara yang sedang berkembang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, penduduk
miskin per Maret 2016 sebesar 10,86% dari total populasi, atau sebanyak 28,01
juta orang. Angka itu turun disbanding Maret 2015 yang mencapai 11,22%, atau
sebanyak 28,59 juta orang. Dibandingkan dengan September 2015, juga terjadi
penurunan, yaitu 11,13%, atau 28,51 juta orang.
Dari sisi persentase, penduduk miskin di Indonesia paling
banyak di Pulau Maluku dan Papua, yakni 22,09% dari total populasi Maluku dan
Papua. Sedangkan dari sisi absolut, penduduk miskin paling banyak terdapat di
Pulau Jawa yaitu 14,97 juta orang, disusul Pulau Sumatera 6,28 juta orang.
Pulau Jawa mencatat penduduk miskin terbanyak karena memang jumlah penduduknya
yang paling banyak atau paling padat.
Sementara itu, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Indonesia yang diukur oleh gini ratio juga menurun pada Maret 2016 dibanding
Maret 2015 maupun September 2015. Data BPS menyebutkan, gini ratio pada Maret
2016 sebesar 0,397, atau menurun jika dibanding Maret 2015 sebesar 0,408 dan
September 2015 sebesar 0,402.
Pemerintah harus terus mengupayakan penurunan jumlah
penduduk miskin, baik penduduk miskin absolut yang sebanyak 28,01 juta maupun
penduduk hampir miskin yang mencapai 62 juta orang. Salah satu instrument
mengentaskan kemiskinan adalah pajak. Pajak bukan saja dilihat dari sisi
kedaulatan negara, tapi juga menciptakan semangat gotong untuk mengatasi
persoalan kemiskinan.
Penyelesaian masalah sosial masyarakat harus dilakukan
lintas sektor. Masyarakat, termasuk dunia usaha, diminta berperan aktif
mengambil bagian dalam setiap program mengatasi masalah sosial, seperti kemiskinan.
Pengentasan penduduk miskin
harus menjadi perhatian banyak pihak, terutama keluarga menengah- atas dan
pemerintah. Keterlibatan semua pihak dan didukung oleh program-program
pemerintah yang menyasar langsung penduduk miskin, diharapkan jumlah penduduk
miskin akan terus menyusut. Masyarakat harus bergotong royong dalam
mengentaskan kemiskinan.
Comments
Post a Comment